Dikhawatirkan Bisa Memicu Konflik
KUALATUNGKAL
- Menjelang pelaksanaan Pemilukada Tanjab Barat, 21
Oktober mendatang, sejumlah isu negatif mulai dilancarkan pihak tertentu
kepada kedua pasangan Calon Bupati/Wakil Bupati Tanjab Barat. Bentuk
isu yang dimunculkan beragam. Mulai dari sorotan terhadap sosok pribadi
tokoh, program kerja, bahkan juga ada isu yang berbau SARA.
Ketua tim kampanye pasangan Safrial bersama Yamin (SbY)
Bakhtaruddin, mencatat sedikitnya terdapat lima isu negatif yang saat
ini diarahkan kepada Safrial-Yamin. Seperti isu kerusakan sejumlah
titik ruas jalan dari Gapura Kualatungkal menuju Km 35. Di kalangan
masyarakat dihembuskan isu bahwa perbaikan jalan tersebut merupakan
tanggung jawab Pemkab Tanjab Barat yang telah diabaikan selama
kepemimpinan Safrial-Yamin.
Sementara yang benar, menurut Bakhtaruddin, status jalan
itu adalah jalan negara yang dianggarkan dari dana APBN terhitung sejak
tahun 2007. Selain itu ruas jalan sepanjang kurang lebih 52 Km dari
Parit Panting menuju Teluk Nilau dan Tebing Tinggi juga diisukan sebagai
jalan kabupaten. Padahal, jalan itu merupakan jalan Provinsi Jambi.
“Isu ini dihembuskan supaya
nama Pak Safrial-Yamin jelek di mata masyarakat sehingga dapat
mempengaruhi suara pada tanggal 21 Oktober nanti,” ujarnya yang diamini
Ketua Forum Komunikasi Parpol Pengusung SbY, Syahril, kemarin (22/9).
Masalah pembangunan lainnya
yang dijadikan isu negatif adalah persoalan minimnya penerangan listrik.
Isu itu dihembuskan di daerah-daerah yang belum mendapatkan fasilitas
PLN. Menurutnya, Syahril, memang masih banyak daerah yang belum
mendapatkan fasilitas listrik. Tapi, sejauh ini pemkab dalam hal ini
Safrial-Yamin sudah melakukan berbagai cara dan upaya mengatasinya.
Salah satunya bekerjasama
dengan pihak swasta dalam pembangunan PLTMG dan meminta PLN untuk
mengoptimalkan pelayanan kepada masyarakat. “Artinya ada bentuk
keseriusan untuk mengurusi daerah ini, dan itu terbukti ukuran waktu
lima tahun bukanlah ukuran lama dalam membangun. Makanya untuk
melanjutkan program pasangan ini kita usung kembali,” jelasnya.
Selain isu pembangunan, pasangan Safrial-Yamin juga
dihantam isu yang berbau SARA. Seperti tudingan selama kepemimpin
Safrial-Yamin rumah ibadah nonmuslim semakin banyak di Kabupaten Tanjab
Barat.
Disamping
itu, pasangan Safrial-Yamin diisukan tidak memprioritaskan putra daerah
dan lebih menempatkan orang luar yang notabenenya memiliki marga dan
memiliki keturunan Banjar pada jabatan strategis di lingkup Pemkab
Tanjab Barat.
“Isu
ini pun sebetulnya tidak beralasan, Pak Safrial-Yamin orang yang tahu
aturan, memang selama kepemimpinan beliau memang ada pembangunan rumah
ibadah nonmuslim seperti gereja, vihara, kelenteng dan lainnya. Itu
sebagai bentuk bahwa dia menghargai keberagaman. Tetapi perlu diingat
prosesnya tidak keluar dari aturan dan mengacu pada SKB 3 Menteri itu,”
jelasnya, lagi.
Soal penempatan pejabat yang
diisukan tidak melibatkan putra daerah, Syahril menyebut hal itu salah
besar. Sebab, katanya, pejabat di Tanjab Barat juga banyak dari putra
daerah. Kalaupun ada itu sudah sesuai dengan aturan, dan ketentuan dan
golongan kepangkatan si penjabat.
“Perlu diingat Tanjab Barat ini heterogen dan tidak ada
yang mendominasi. Apalagi dalam struktur sudah dilakukan secara
professional dan proporsional,” tegasnya.
Di
pihak lain, pasangan Usman Ermulan-Katamso (Utama) juga mengaku didera
sejumlah isu negatif yang dapat menjatuhkan. Menurut Ketua Tim Partai
Koalisi Pemenangan Usman-Katamso, H Syaifuddin, isu miring yang
diarahkan kepada kandidat nomor urut 2 (dua) itu antara lain soal
dukungan kakak kandung Hj Halimah kepada Safrial yang selalu disebarkan
kepada masyarakat dan beralihnya dukungan dua orang anggota Partai
Demokrasi kebangsaan (PDK) Budianto dan Erham.
“Kami menilai perbedaan itu lumrah, bukan
berarti dukungan keluarga Pak Usman terpecah. Kenyataannya hanya
Halimah, sedangkan anggota keluarga lainnya tetap solid mendukung
Usman-Katamso. Mengenai beralihnya dukungan dua kader PDK itu juga
pilihan mereka. Dan, perlu diingat keduanya itu juga bukan kader
militan. Sebelumnya Budianto pernah bergabung di PKB dan Erham bergabung
di PBB,” jelas politisi dari PBB yang akrab disapa H Udin itu.
Isu miring lainnya yang diarahkan kepada Usman Ermulan
saat ini adalah sebutan sebagai orang India yang maju untuk kepentingan
bisnisnya semata. Kemudian muncul lagi isu tidak sedap, yakni Usman
dinilai tidak berhasil selama memimpin Tanjab barat. Bahkan yang paling
menyakitkan lanjut H Udin, Usman diisukan akan menghapuskan becak di
Kualatungkal dan akan menghapus tunjangan pegawai negeri.
“Semua isu itu mendera kami.
Sungguh itu semua tidak benar dan fitnah yang keji. Saya tahu betul pak
Usman itu. Saya ini tiga periode jadi anggota dewan, makanya saya tahu.
Isu menghapus becak itu juga tidak benar. Pak Usman malah memberikan
perhatian khusus terhadap mereka,” paparnya.
Dia
menambahkan, majunya Usman Ermulan sebagai calon bupati bukan karena
keinginan pribadi. Tapi kami yang mengajaknya untuk meneruskan
pengabdiannya yang sempat tertunda. Isu Indiaisme itu juga tidak
beralasan sebab populasi keturunan India di Tanjab Barat hanya 60 Kepala
Keluarga (KK) dan mereka sudah dari dulu sejahtera. “Jadi marilah kita
bersama-sama membangun negeri ini tanpa fitnah dan isu yang dapat
memecah belah,” tukasnya. (*)
0 komentar:
Posting Komentar