5 Pasangan Cabup-Cawabup Batanghari Umbar Janji di DPRD
JAMBI -
Penyampaian visi dan misi Calon Bupati Dan Calon Wakil Bupati
(Cabup-Cawabup) Batanghari di DPRD Batanghari, kemarin (6/10),
berlangsung seru. Selain mengumbar janji-janji manis melalui programnya,
para kandidat juga tak sungkan-sungkan menyerang lawannya. Pasangan
Hamdi Rahman-Juhartono, misalnya. Ketika mendapat giliran, pasangan
nomor urut 3 itu secara terang-terangan mengkritik kandidat incumbent.
Sementara, kandidat lain hanya tersenyum. Kondisi ini sempat membuat
gaduh anggota DPRD dan warga yang hadir.
Hamdi, yang juga mantan PNS Kementerian PU
itu menilai pembangunan di Batanghari tidak berjalan sebagaimana
mestinya. Mulai dari kurangnya infrastruktur, buruknya pelayanan umum,
potensi SDA tidak dimanfaatkan, hingga konflik lahan antara masyarakat
dan perusahaan.
Dia
mencontohkan jalan Kota Muarabulian sebagai pintu gerbang Batanghari
yang memperihatinkan. Kondisi ini, kata dia, memberikan image buruk bagi
orang yang masuk ke Muarabulian.
Dia
juga menyorot pelayanan umum, seperti PDAM. Kuantitas layanan dan
kualitas air yang sangat tidak layak. “Lihat saja rumah sakit, sering
tidak ada airnya. Padahal Sungai Batanghari begitu besar mengelilingi
Batanghari,” katannya.
Belum
lagi soal konflik lahan. “Konflik ini sudah berlangsung selama 14
tahun. Mulai dari pemerintahan Saman Chatib, Fattah hingga Syahirsah
juga belum selesai,” katanya secara blak-blakkan menyebut dua nama
kandidat yang pernah menjabat sebagai Bupati Batanghari, yang menjadi
lawannya.
Karena itu,
dalam visi dan misinya, Hamdi secara tegas berjanji akan menyelesaikan
semua persoalan itu. “Saya mencalonkan diri untuk menyelesaikan masalah
tentunya dengan gagasan dan ide baru,” katanya.
Dia
juga berjanji akan menjadi Batanghari sebagai kota penyangga bagi Kota
Jambi, sehingga bisa menjadi pusat peternakan sapi, pusat pertanian dan
perkebunan. "Kita punya DAU, DAK, bagi hasil dan PAD. Kita adalah
kabupaten yang kaya karena kita juga punya gas, punya sawit, dan punya
minyak," pungkasnya.
Lalu,
bagaimana dengan kandidat incumbent, Syahirsah-Erpan? Pasangan nomor
urut nomor 1 yang mendapat giliran pertama itu lebih banyak
mengungkapkan program lama dan keberhasilan yang telah dia capai. “Saya
akan melanjutkan progam saya yang bersentuhan langsung dengan
masyarakat,” katanya.
Program-program
tersebut, di antaranya pendidikan dan kesehatan gratis yang bermutu,
pembagian berbagai bibit unggul untuk petani termasuk ternak.
Masalahinfrastruktur juga akan menjadi perhatian mereka. Selain itu,
Syahirsah juga berjanji membangun dari desa, Dengan pemberian bibit
padi, sawit, karet dan ternak. Sehingga peredaran uang juga ada di
pedesaan, tidak hanya di perkotaan.
Kata dia,
kesuksesan tersebut, akan dilanjutkan kembali jika nanti terpilih lagi
menjadi bupati. “Itu adalah bukti. Pada saat orang lain masih
memikirkan, pada saat orang lain masih membayangkan, kami sudah
berbuat,” ungkapnya.
Sementara itu, pasangan
Fattah-Sinwan bertekad mewujudkan visi menuju Batanghari Berlian. Yakni
bangun ekonomi rakyat, lanjutkan pembangunan dengan iman dan pemerataan.
Prioritas pembangunannya di bidang keagamaan, memberikan insentif bagi
para dai, guru, pegawai syara secara proporsional menurut wilayah
mereka.
Kemudian, di bidang ekonomi menarik
investasi ke daerah, revitalisasi industri hilir, revitalisasi
pertanian, perikanan, dan kehutanan. Meningkatkan produktivitas dan
kompetensi tenaga kerja, ketahanan pangan dan pengelolaan APBD yang
berkelanjutan.
Untuk
mengatasi kemiskinan, pasangan nomor urut 2 itu bertekad meningkatkan
bantuan bagi penyandang cacat, lanjut usia (lansia), pemberdayaan fakir
miskin, melanjutan program jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja,
PNPM dan bantuan perumahan melalui bedah rumah bagi masyarakat miskin di
pedesaan. Mereka juga berjanji meningkatkan pembangunan pertanian,
peternakan, perikanan dan perkebunan melalui pemberian bibit bagi
masyarakat miskin.
Di
bidang pendidikan, peningkatan angka melek huruf, menuntas wajar 12
tahun, mengembangkan pendidikan kejuruan, membebaskan biaya pendidikan,
baik negeri dan swasta terutama bagi masyarakat miskin. Beasiswa bagi
yang berprestasi, bantuan beasiswa S-1, S-2 dan S-3 untuk keluarga tidak
mampu, dan meningkatkan kesejahteraan guru.
Di
bidang kesehatan, mereka akan meningkatkan saranan dan prasarana
kesehatan dasar dan rujukan esehatan dasar di puskemas serta di kelas
III rumah sakit. Untuk infrastruktur, pembangunan dan pemeliharaan
infrastruktur jalan dan jembatan, terutama di daerah pedesaan yang
mendukung sentra produksi pertanian ke pusat pasar dan mengembangkan
jaringan listrik pedesaan dan dituntaskan hingga 2016 juga mereka
janjikan.
Pasangan
nomor urut 4, Fathuddin Abdi- Kemas Ismail Azim, melalui slogan Bertuah
ingin membangun ekonomi rakyat, terampil dan agamis. Dalam penyampaian
visi dan misinya, mantan Ketua KPU Batanghari itu berjanji akan
mengikutsertakan seluruh komponen masyarakat dalam pembangunan. ”Seperti
ulama, umarah dan tokoh adat,” katanya.
Di
bidang infrastruktur, dia akan meningkatkan pembangunan jalan dan
jembatan. Untuk jalan, dia ingin mempersingkat jarak tempuh dengan
membuat jalan tembus. ”Ini penting agar biaya produksi semakin hemat,”
ujar cabup dari jalur perseorangan itu.
Kemudian,
di bidang pertanian, perkebunan dan peternakan, mereka berencana
memberikan alat mesin untuk menggerakkan persawahan minimal satu dapil
satu alat. Kemudian, pemanfaatan lahan tidur, peningkatan produksi
peternakan.
Di bidang
birokrasi, peningkatan pernah dan LPM sebagai wadah aspirasi masyarakat
menjadi prioritas mereka. Selain itu, di bidang pelayanan publik,
perbaikan pelayanan dan mutu air bersih, listrik.
Fathuddin
juga mengkritik kandidat incumbent terutama terkait dengan konflik yang
terus berlanjut antara masyarakat dengan perusahaan.
Pasangan
Ardia Faisal-Pani juga tak mau kalah. Sedikitnya, ada sembilan bidang
yang menjadi perhatian mereka. Di antaranya bidang keagamaan, tata
kelola pemerintahan, pembangunan perdagangan dan industri usaha mikro,
kecil dan menengah. Lalu infrastruktur, pendidikan dan kesehatan,
sektor sosial budaya, kemandirian desa.
Untuk
pembangunan perdagangan, Ardian yang kini menjabat sebagai Wakil
Bupati Batanghari itu bertekad untuk mendirikan pusat pertumbuhan
ekonomi baru, kewiraausahaan dan daya saing produk lokal. Untuk
infrastruktur, peningkatan jalanan dan jembatan dan percepatan listrik
masuk desa, pembangunan sarana pendidikan dan kesehatan, serta
penanggulangan air bersih.
Lalu,
di bidang pendikan, pasangan nomor urut 5 itu berjanji memberikan
beasiswa mulai dari S-1, S-2 dan S-3. Untuk bidang kesehatan, mereka
akan membangun rumah sakit tanpa kelas dan pusat kesehatan desa.
Sedangkan untuk pelayanan publik, mereka akan meningkatkan pelayananan
KTP, KK dan akta kelahiran akan ditingkatkan.
Kemudian,
di bidang pertanian, Ardian-Opani berjanji akan membuka sawah baru.
Menurut dia, saat ini ada 600 ribu hektare persawahan di Batanghari yang
tidak lagi produktif. Mereka juga memprioritaskan pembangunan sentra
buah-buahan di setiap desa. Mengembangkan bibit unggul dan peremajaan
lahan.
Sedangkan
masalah konflik lahan, pihaknya memberikan perhatian khusus dengan
membentuk tim permanen untuk melakukan pengawasan secara langsung dan
menerima pengaduan dari masyarakat dan menyelesaiakan secara langsung.
Sementara
itu, pasangan nomor urut 4, Fathuddin Abdi-Kemas Ismail Azim, melalui
slogan Bertuah ingin mebangun ekonomi rakyat, terampil dan agamis. Dalam
penyampaiaan visi dan misinya, mantan Ketua KPU Batanghari itu berjanji
akan mengikut sertakan seluruh komponen masyarakat dalam pembangunan.
”Seperti ulama, umarah dan tokoh adat,” katanya.
Di
bidang infrastruktur, dia akan meningkatkan pembangunan jalan dan
jembatan. Untuk jalan, dia ingin mempersingkat jarak tempuh dengan
membuat jalan tembus. ”Ini penting agar biaya produksi semakin hemat,”
ujar cabup dari jalur perseorangan itu.
Kemudian,
di bidang pertanian, perkebunan dan peternakan, mereka berencana
memberikan alat mesin untuk menggerakkan persawahan minimal satu dapil
satu alat. Kemudian, pemanfaatan lahan tidur, peningkatan produksi
peternakan.
Di bidang
birokrasi, peningkatan pernah dan LPM sebagai wadah aspirasi masyarakat
menjadi prioritas mereka. Selain itu, di bidang pelayanan publik,
perbaikan pelayanan dan mutu air bersih, listrik.
Fathuddin
juga mengkritik kandidat incumbent terutama terkait dengan konflik yang
terus berlanjut antara masyarakat dengan perusahaan.
Menjawab pertanyaan tersebut, Fathuddin
berjanji penyelesaian konflik lahan dalam waktu tiga tahun. Sementara
Ardian, optimis bisa menyelesaikan dengan membentuk tim permanen bekerja
sama dengan NGO dan LSM dan badan lain. Soal waktu, tergantung tingkat
persoalan. “Jika memang bisa setahun akan diselesaikan setahun. Tapi
kalau rumit bisa lebih,” katanya.
Syahirsyah, mengakui soal
konflik lahan merupakan PR-nya selama menjabat. Karena itu sebenarnya
warisan dari pendahulu. “WKS perizinan sebelum kami. Kami selalu
berpihak pada yang benar. Kami sudah membuat komitmen dan mengirim surat
kepada Dinas Kehutanan dan lahan yang sudah diokupasi ke masyarakat
agar dikeluarkan,” katanya. Dengan itu, izin lokasi tidak lagi
diperpanjang.
Sementara Fattah menjawab diplomatis. Menurut
dia, negara kita adalah negara hukum. Kebenaran akan terbukti nanti.
“Kita semua unsur di pemerintah, mulai dari aparat hukum, masyarakat,
lembaga adat, mari kita duduk bersama,” katanya.
“Kalau ada
penerapan yang salah, kalau saya dipercaya, dengan rapat dengan
Kapolres, mari kita tegakkan hukum di Batanghari ini,’’ tambahnya.Debat kandidat yang dipandu oleh Besse Widiawati, dosen FE Unja itu diawali dengan penyampaian visi dan misi selama lima menit. Visi dan misi yang disampaikan tidak jauh berbeda dengan di DPRD. Hadir sebagai panelis Anshorullah SH MH yang membahas hukum dan pemerintahan, Prof DR Mukhtar Latief, pendidikan dan sosial budaya, Prof Rozali Abdullah dengan otonomi daerah. Lalu ada DR Riduansyah, terkait ekonomi kerakyatan.
Perdebatan
cukup seru juga terjadi saat Riduansyah menanyakan soal ekonomi
kerakyatan dan cara menghidupkan industri kecil dan menengah. Fattah
menjawab pertanyaan ini dengan mengatakan perlu adanya peningkatan
kualitas produksi yang dihasilkan. Dia mencontohkan kualitas sawit di
petani yang masih rendah sehingga harganya murah. “Di sini perlu adanya
suntikan modal dari pemerintah agar persaingan petani bisa lebih kuat,”
katanya.
Tidak jauh beda, Hamdi juga menilai perlu adanya
penambahan modal. Selain modal juga ada bantuan tehnis sehingga petani
dan pengusaha kecil bisa memanfaatkan modal yang diberikan.
Sementara
itu, Fathuddn Abdi mengatakan, untuk meningkatkan hasil produk yang
berkualitas dengan nilai tambah yang lebih baik harus didukung oleh
infrastrutur jalan. Sedangkan Ardian, mengatakan perlu adanya lembaga
di daerah pusat industri, seperti koperasi yang bisa menfasilitas
permodalan dan, pemasaran.
Pertanyaan lain yang cukup menarik
dari Anshorullah, terkait perda (peraturan daerah) mana yang harus
dipercepat untuk mempercepat pembangunan. Menurut Hamdi, yang
terpenting adalah perda terkait pelayanan kepada masyarakat.
Lalu,
Fathuddin Abdi, menilai perda yang berkaitan dengan hubungan
masyarakat dan perusahaan yang lebih penting, sehingga tidak muncul
konflik antara petani dan perusahaan. Termasuk soal perizinannya. Tidak
jauh beda, Ardian menilai yang sangat penting adalah perda yang tidak
menyengsarakan masyarakat. Salah satunya perda menjadikan desa sebagai
pemerintahan mandiri.
Sementara Syahirsyah, mengatakan, perda
tidak boleh bertentangan dengan aturan yang lebih tinggi. Tidak boleh
membebankan masyarakat. ”Sesuai dengan visi dan misi kita membangun SDM,
saya rasa perda Wajib Belajar 12 tahun sangat penting,” katanya.
Lalu,
Fattah menilai apapun perda yang dibuat, harus bisa meningkatkan
kesadaran hukum masyarakat dan kemampuan aparat untuk mengamankan
perda.(*)
0 komentar:
Posting Komentar