|
Dituding Kumpulkan Kades dan Kepala Dinas
KUALATUNGKAL -
Dua hari menjelang pemungutan suara, suhu politik di Tanjung Jabung
Barat (Tanjab Barat) semakin memanas. Senin malam (18/10) lalu, ratusan
massa pendukung dan simpatisan Usman-Katamso (Utama), menyerbu rumah
dinas Bupati Tanjab Barat Safrial MS. Mereka mengepung rumah yang
berlokasi di Jalan Jenderal Sudirman, Kota Kualatungkal itu selama 18
jam. Massa baru membubarkan diri, pukul 15.00 kemarin (19/10).
Tindakan ini mereka lakukan sebagai bentuk aksi protes. Massa yang
dimotori sejumlah pentolan tim sukses Usman-Katamso itu juga meneriakkan
yel-yel dan propaganda yang menyebut Safrial tidak fair dalam
berpolitik. Mereka menuduh Safrial yang juga calon incumbent, pesaing
Usman Ermulan, telah menggunakan fasilitas rumah dinas sebagai tempat
pertemuan dan penggalangan suara jelang pemungutan suara, 21 Oktober
nanti.
Mereka juga menuding suami Cici Halimah itu
telah mengumpulkan kepala desa (kades), PNS, tim sukses, tokoh
masyarakat dan beberapa pejabat SKPD, sebagai upaya pemenangan pada
tanggal 21 Oktober 2010 besok. Mereka meminta Panwaslu Tanjab Barat dan
pihak terkait lainnya mengambil tindakan tegas atas kejadian itu.
“Kita
minta panwaslu bersikap tegas dan menindaklanjuti pelanggaran
menggunakan rumah dinas yang dilakukan oleh Safrial MS ini,” kata salah
seorang warga di antara kerumunan massa ketika anggota panwaslu berada
di lokasi. Mereka menegaskan tidak akan membubarkan diri, jika panwaslu
tidak segera bertindak tegas atas dugaan pelanggaran pemilu pada masa
tenang.
Kedatangan massa Utama ke rumah dinas
bupati, berawal dari adanya pertemuan secara tertutup antara kepala
desa, tim sukses, dan kepala dinas beserta sejumlah pejabat di rumah
dinas bupati. Ratusan massa langsung dihadang pihak kepolisian karena
akan masuk dan menggeledah kediaman kepala daerah itu.
Pantauan
Jambi Independent, sejak Senin malam hingga Selasa dini hari, selain
ratusan massa, turut hadir sejumlah anggota DPRD Tanjab Barat yang
mendukung Utama. Di antaranya H Saefuddin, Umar Ibrahim, Jamal Darmawan,
Suhatmeri, Hamid Chung, dan Indra Safari.
Sementara,
puluhan personel Polres Tanjab Barat, dari Satuan Dalmas, Sat Intelkam,
dan Reskrim tampak berjaga-jaga di depan pagar rumah dinas. Sebagian
lagi ada yang bersiaga di halaman rumah dinas.
Ketua
tim pemenangan Usman-Katamso, H Syaifuddin mengatakan, aksi yang mereka
lakukan sebagai bentuk protes atas sikap Safrial MS yang menggunakan
rumah dinas sebagai tempat mengumpulkan tim sukses, PNS, sejumlah Kepala
desa dan pimpinan SKPD untuk memenangkan Pemilukada.
“Ini
yang kita permasalahkan. Rumah dinas itu milik negara dan dibiayai dari
APBD. Tidak boleh digunakan untuk menggalang kekuatan politik. Itu
menyalahi aturan. Kalau pertemuan dan penggalangan itu dilakukan Safrial
di Posko, kita tidak masalah. Jadi kita minta pihak terkait mengusut
masalah ini,” katanya.
Syaifuddin
menyebutkan beberapa orang PNS dan pimpinan SKPD telah mereka
identifikasi melakukan pertemuan dengan Safrial. Di antaranya, Kepala
Kantor PPKTB; Muchlis, Kabag Hukum; Hidayat Badar, dan Kepala Satpol
PP; Encep Jarkasih. Kemudian, Kacabdis Seberang Kota; Abdul HakimGajah.
Mahdi, para kades dan tim sukses Safrial-Yamin dan pihak lainnya,
seperti Acuang, Mat Bunting, dan Udin
Beberapa
di antara PNS yang hadir, menurut Syaifuddin, ada yang kabur ketika
mereka mulai berkumpul dan berteriak di depan pagar rumah dinas Safrial
tersebut. Di antaranya, Kades Serdang Jaya, Kades Mekar Jaya, Kabag
Hukum Setda Tanjab Barat, Kakan Tata Kota, Muchlis SH, Hj.Salmah, Irham,
dan Zais.
Sementara
beberapa orang lainnya masih terkepung dan hingga siang kemarin masih
berada di rumah dinas. Mereka antara lain, Kades Pematang Lumut; Hasan
Basri Harahap, Ustadz Murni, Ustad Ismail, Ustad Satargih, dan Acuang.
“Kejadian
ini sudah dua kali. Kami tidak terima. Kami minta pemilu ini adil tanpa
ada pelanggaran. Sebelum datang ke sini, kami sudah memberitahu KPUD
dan Panwaslu, tapi sepertinya tidak ada tindakan,” kata anggota Komisi I
DPRD itu, Senin malam lalu.
Menurut
dia, jika tidak segera bertindak, kepercayaan masyarakat terhadap
panwaslu akan hilang. Dia juga meminta, pemilukada ditunda, karena
masyarakat sudah tidak percaya dengan Panwaslu. “Panwaslu dibiayai
negara, begitu juga dengan KPUD. Diharapkan penyelenggara pemilu harus
tegas, karena ini sudah melanggar, ada pertemuan di rumah dinas pada
masa minggu tenang,” katanya.
Ditemukan Satu PNS
Sekitar
pukul 00.30, kemarin (19/10), perwakilan massa dan sejumlah wartawan
diperbolehkan masuk gerbang rumah dinas bupati. Anggota dewan yang
diperbolehkan masuk di antaranya, H Syaifuddin, Hamid Chung, Jamal
Darmawan, H Satiar, Suhatmeri dan Umar Ibrahim.
Mereka
ingin menggeledah rumah dinas, namun kepolisian tidak memperbolehkan,
karena Rumah Dinas merupakan objek vital. Akhirnya Kapolres Tanjab Barat
pun turun tangan guna menengahi perseteruan itu.
Kapolres
Tanjab Barat AKBP Mintarjo menyerahkan persoalan ini kepada panwaslu.
Kata dia, ada mekanisme yang harus dipatuhi, karena persoalan ini adalah
masalah pemilu. Kapolres meminta kepada para simpatisan untuk bersikap
tenang.
“Mari kita
sama-sama selesaikan dengan pikiran jernih. Kita ikuti aturan dan
undang-undang. Kami serahkan kepada panwaslu, karena ini wewenangnya.
Kepolisian dalam hal ini berada ditengah-tengah,” ujar Mintarjo.
Akhirnya,
anggota panwaslu yang terdiri dari A Sibli dan Budi didampingi beberapa
anggota kepolisian memeriksa sejumlah ruangan di rumah dinas. Hanya
saja, mereka tidak sempat masuk ke ruangan dalam.
Panwaslu
menemukan satu orang di ruangan belakang, bernama Abdul Hakim Mahdi,
seorang PNS di Pemkab Tanjab Barat. Hasil pengecekan panwaslu, warga
Parit Delapan, Kecamatan Bram Itam itu hanya bertamu ke rumah dinas.
“Kita
temukan dia sedang duduk. Dan kedatangannya bertamu ke rumah dinas.
Kami hanya memeriksa ruangan sebelah luar, karena ruangan dalam
terkunci,” kata Budi, Anggota Panwaslu.
Ketua
Panwaslu Rusli Tarigan, mengatakan, saat melakukan pengecekan, dua
anggotanya sempat bertanya secara langsung kepada Safrial di dalam rumah
dinas tersebut. Safrial mengaku tidak ada menggelar pertemuan dengan
para pimpinan SKPD, PNS dan para kepala desa.
“Bupati
(Safrial, red) bilang dia hanya menerima tamu H Mughni, yang ketika itu
salat tasbih di mushola rumah dinas untuk berdoa agar pemilukada
berjalan lancar dan aman. Selain Pak H Mughni, bupati bilang dia hanya
terima tamu H Aspandi yang ketika itu minta bantuan dana untuk berangkat
Rakorwil IPHI ke Padang,” jelas Rusli.
Menurut
dia, Safrial juga mengaku sempat berbincang dengan salah satu
pengusaha, bernama Aju. “Tapi bupati bilang hanya cerita bisnis,” terang
Rusli. Ketika disinggung sejumlah nama pejabat, PNS dan tim sukses
dan para kades, menurut Rusli, Safrial mengaku tidak ada mengundang
apalagi melakukan pertemuan.
Safrial Layangkan Protes ke Polda Ulah
massa pendukung Usman-Katamso (UTAMA) yang mengepung rumah dinasnya
mendapat reaksi keras dari pasangan Safrial-Yamin (SbY). Melalui tim
advokasinya, Safrial akan melayangkan surat protes keras ke Polda
Jambi. Mereka menilai polisi terkesan membiarkan aksi pengepungan yang
dilakukan pendukung UTAMA tersebut.
Padahal, menurut mereka, aksi
tersebut tidak memiliki izin dan melanggar tahapan pilkada. Yaitu saat
kegiatan, tanggal 18 oktober sekitar pukul 23.30, yang diikuti beberapa
anggota dewan telah melanggar aturan main masa tenang.
Ketua tim
advokasi Safrial-Yamin, Nazirin Lazie mengatakan, selain aparat
kepolisian (Polres Tanjab Barat, para pihak yang akan dimintakan
pertanggungjawabannya atas kejadian itu adalah panwaslu dan pihak-pihak
terkait lainnya. Surat protes ke Polda itu akan mereka tembuskan ke
Mabes Polri dan pimpinan tertinggi masing-masing lembaga yang
bersangkutan.
“Ini kan memancing bentrok fisik. Ini namanya
tidak menjaga kenyamanan pilkada. Seharusnya tak perlu menggunakan
massa. Kan ada pihak-pihak yang berwenang mengurus pilkada. Kenapa semua
pihak seolah mau menyelesaikan persoalan. Apalagi orang awam yang tak
tahu aturan,” kata Nazirin Lazie.
Menurut pria yang berprofesi
sebagai pengacara itu, yang menjadi dasar acuan mereka melapor adalah UU
no 32 tentang pemerintahan daerah dan UU No 12, tentang Pemilukada
Junto peraturan nomor 65 tahun 2009, soal aturan pelaksanaan pilkada.
Mereka menilai, peristiwa seperti pengepungan itu bisa terjadi kapan
saja. Makanya, mereka meminta kepada pendukung Safrial-Yamin tak
meladeni upaya provokasi yang dilakukan tim Utama.
“Sejak awal
kita sudah menduga bakal ada upaya provokasi. Makanya, kita juga
memberikan saran kepada kandidat untuk tak ikut debat, karena bisa
memancing keributan,” lanjut Nazirin. “Kalau sudah ribut, semua pihak
dirugikan dan khusunya pilkada akan menjadi kacau,” tambahnya.
Terpisah,
Sekretaris Tim Pemenangan Safrial-Yamin, Mukhtar AB, membantah tudingan
tim Utama yang menyebutkan ada pertemuan Safrial dengan tim sukses di
rumah dinas. “Kalau pertemuan khusus tim sukses dengan Pak Safrial itu
tidak ada. Saya ini sekretaris tim. Tidak ada itu. Tapi kalau ada tim
datang ke rumah dinas mungkin sah-sah saja, mereka kan juga masyarakat
Tanjab Barat,” katanya.
Termasuk soal PNS, menurut Mukhtar, tidak
ada pertemuan Safrial dengan PNS. Kalaupun ada PNS yang berada di rumah
dinas, mungkin PNS yang bertugas di sana. Menanggapi masalah ini,
Mukhtar enggan berspekulasi. Kalau lah tim Usman-Katamso menilai hal itu
sebagai pelanggaran, dia mempersilahkan melapor ke panwaslu.
“Kita
kooperatif sajalah. Kalau dinilai ada pelanggaran laporkan dengan
panwaslu. Nanti panwaslu yang akan menindaklanjuti itu. Kalau sifatnya
pidana pemilu diteruskan ke Gakkumdu. Kalau administrasi diteruskan ke
KPUD. Saya pikir begitu saja,” kata Mukhtar.
Pantauan Jambi
Independent di lapangan, aksi massa pendukung dan simpatisan
Usman-Katamso itu mendapat pengawalan ketat dari aparat keamanan.
Ratusan polisi bersenjata lengkap dari Polres Tanjab Barat bersama
personel Kodim dan Satpol PP disiagakan di lokasi. Kapolres Tanjung
Jabung Barat AKBP Mintarjo dan Komandan Kodim juga turut melakukan
pengamanan. Mereka terlihat siaga satu.
Berbagai upaya persuasif
dan komunikasi terus dilakukan. Namun massa hanya menepi dan masih tetap
bertahan. Kendati demikian tidak ada bentrok fisik antara aparat dan
massa maupun orang-orang yang berada di dalam areal rumah dinas.
Masih
berdasarkan pantauan di lapangan, gerakan massa sempat memanas terlihat
tiga kali. Pertama sekitar pukul 10.17, kemarin. Ketika seorang
laki-laki berhelm yang membonceng perempuan keluar dari rumah dinas
bupati dengan sepeda motor.
Ketika itu orang tersebut sempat
dikejar oleh massa. Tapi, berhasil dicegah oleh aparat kepolisian.
Kejadian serupa juga terjadi sekitar pukul 12.17. Ketika itu salah
seorang pria yang diketahui bernama Muk Ketuk hendak keluar dari rumah
dinas bupati. Ketika mendekati pagar, dia sempat dikejar, diteriaki dan
dihujat massa. Melihat kejadian itu, aparat kepolisian yang sejak
bersiaga di depan pagar melarang Muk Ketuk keluar sambil menenangkan
massa.
Peristiwa ketiga terjadi sekitar pukul 13.45, ketika mobil
Kijang kapsul bernopol BH 1320 OL keluar dari halaman rumah dinas
bupati. Mobil itu membawa tiga orang kerabat Safrial dari Jambi bersama
Abdul Hakim Mahdi. Tepat di depan gerbang pagar, mobil berwarna hitam
itu dicegat massa. Beberapa orang terlihat mengacungkan pukulan dan
berusaha membuka pintu mobil. Namun lagi-lagi polisi dengan sigap
menahan aksi massa dan meminta massa tidak menghalangi mobil itu
melanjutkan perjalanan.
Massa baru membubarkan diri sekitar
pukul 15.30 sore kemarin, setelah aparat kepolisian dari satuan Brimob,
Dalmas dan anti huru-hara menyisir dan menekan pergerakan massa dengan
menggunakan pola pagar betis dan memblokade beberapa titik yang
melintasi rumah dinas.
Kapolres Tanjab Barat AKBP Mintarjo
ketika dikonfirmasi sore kemarin mengatakan, situasi sementara masih
kondusif dan terkendali. Namun pihaknya tetap melakukan antisipasi
dan pengamanan ketat dengan menurunkan ratusan personil bersenjata
lengkap dari Brimob, Dit Samapta Polda, intel, dan pasukan
antihuru-hara. “Kita akan tetap standby sampai situasi benar-benar
kondusif. Kita minta masyarakat berpikir jernih tanpa anarkis dan tidak
terpancing dengan isu-isu provokatif,” katanya.
Disamping itu beberapa personel dari Kodim Tanjung Jabung juga terlihat bersiaga di kawasan rumah dinas bupati.(aki) |
0 komentar:
Posting Komentar