JAMBI -
Laporan penculikan dua siswi SMP Purnama, Kota Jambi, Kusnarini Arnela
alias Rini (14) dan Tian Mustika (14), Senin (18/10) lalu, ternyata
hanya rekayasa belaka. Pelakunya adalah Desri Aryani Dewi (14), atas
persetujuan dua temannya yang dilaporkan diculik tersebut.
Rekayasa penculikan cukup dramatis yang
dilaporkan Desri itu sempat membuat aparat kepolisian kalang kabut.
Setelah melakukan penelusuran, akhirnya polisi memastikan, cerita
penculikan yang dilaporkan Desri, Senin lalu hanya rekayasa Desri, atas
persetujuan Rini dan Tian.
Rekayasa
penculikan ini terungkap, karena polisi tidak menemukan sedikitpun
barang bukti yang mengarah kepada penculikan. Selain itu, Desri sendiri
sudah mengakuinya ketika diperiksa di Polsek Kota Baru. “Iya, dia
akhirnya cerita kalau sesunguhnya laporan penculikan itu hanya rekayasa
saja,” kata Kapolsek Kota Baru AKP Ranefli Dian Candra kepada sejumlah
wartawan, kemarin (19/10).
Kapolresta
Jambi Kombes Pol Syamsuddin Lubis, saat gelar konferensi pers di ruang
Humas Polda Jambi kepada sejumlah wartawan, kemarin (19/10), mengatakan,
kronologis penculikan yang diceritkan Desri memang tersruktur. Namun,
setelah ditelusuri ternyata hanya cerita fiktif belaka.
“Katanya
kedua korban dibawa pakai mobil Jeep (bukan Daihatsu Taft, seperti
ditulis kemarin) warna hitam. Ternyata itu tidak ada,” sebut Lubis
didampingi Kabid Humas Polda Jambi AKBP Almansyah.
Seperti
diberitakan, menurut Kapolresta, cerita gadis itu, kedua temannya
diculik oleh sejumlah pria tak dikenal saat mereka sedang duduk-duduk di
sekitar toko foto kopi di depan sekolahnya. Pelakunya menggunakan Mobil
Daihatsu Taft warna hitam, yang dia lupa nomor pelatnya. Pasca
kejadian, lalu Desri melapor ke Polsek Kota Baru didampingi orang tua
Kusnarini Arnela alias Rini sekitar pukul 12.00. Polisi yang menerima
laporan langsung turun ke lapangan dan melakukan penyelidikan.
“Hasil
pengembangan kita, pada malam harinya kita langsung melakukan
pengejaran. Kala itu, sekitar pukul 21.00, tiba-tiba handphone Rini bisa
dihubungi orang tuanya, yang saat itu sedang berada di Polsek
Kotabaru,” papar perwira dengan tiga melati di pundaknya itu.
Dari
komunikasi yang dilakukan dengan Rini, diperoleh informasi bahwa mereka
sedang berada di suatu tempat, yang mereka sendiri tidak tahu dimana.
“Setelah diajak komunikasi lebih jauh, Rini mengaku sedang berada di
sebuah Poliklinik Mesuji, Desa Dabur Rajo, Kabupaten OKI, Sumsel. Saat
itu Rini mengatakan dalam keadaan aman beserta rekannya Tian Mustika.
Namun dalam obrolannya terdengar suara ketakutan,” ungkap Kapolresta.
Setelah
mendengar keterangan dari Rini via telepon genggam tersebut, anggota
langsung mengadakan kontak dan berkoordinasi dengan Polsek Mesuji.
Selanjutnya, Polsek Mesuji bergerak ke TKP.
“Ternyata
benar. Di poliklinik tersebut ada dua orang remaja yang bernama Rini
dan Tian Mustika. Saat ditemukan keduanya dalam keadaan sehat walafiat,”
urainya.
Lalu, malam
itu juga mereka diamankan di Mapolsek Mesuji. Selain mereka, Polsek
Mesuji juga mengamankan supir dan kernet bus Jatra, yang mereka
tumpangi, untuk dimintai keterangan.
Dari
keterangan supir Jatra, diketahui ternyata Rini dan Tian memiliki tiket
dengan tujuan Jambi-Bandung. Pengakuan sopir tersebut membuat sejumlah
anggota Polsek Mesuji merasa heran. Pasalnya, dari laporan yang mereka
terima, keduanya telah diculik dan dibawa oleh sejumlah pria memakai
mobil JIP.
Lantaran
kurang yakin dengan keterangan sopir bus, lalu pihak Polsek Mesuji
meminta keterangan Rini dan Tian. Dari penuturan keduanya, mereka
mengaku tidak diculik. Tapi, mereka memang mau ke Bandung menemui
temannya.
Dijelaskan
Rini dan Tian, saat itu, Bus Jatra yang mereka tumpangi sedang berhenti
makan di Rumah Makan Tiga Saudara Tiga di Mesuji OKI. Lantaran Tian
Mustika mabuk darat—muntah-muntah--, lalu dengan inisiatif sendiri
pergilah mereka berobat ke poliklinik yang letaknya persis di samping
rumah makan tersebut.
Saat
mereka berobat di poliklinik itulah, Polsek Mesuji menemukan mereka dan
langsung diamankan. Dari cerita Rini dan Tian Mustikan terkuak fakta
jika penculikan yang mereka alami adalah rekayasa saja.
Meski
demikian, untuk memperkuat adanya rekayasa penculikan itu, pihak
Polresta Jambi langsung memintai keterangan terhadap pihak bus Jatra
Jambi.
Saat
dikonfirmasi, pihak Jatra membenarkan ada tiga orang anak SMP datang ke
loket Jatra dan membeli tiket jurusan Jambi-Bandung. Mulanya, pihak
Jatra sempat curiga jangan-jangan tiga gadis belia ini hendak kabur dari
rumah.
“Kami mau ke Bandung. Nak nemui orang tuo kami,”ujar ketiga gadis itu kepada pihak Jatra seperti diutarakan Kapolresta Jambi.
Lantaran
percaya dengan ucapan ketiga gadis itu, lalu pihak Jatra memberikan
mereka tiket. “Saat itu mereka hanya membeli dua tiket. Mereka sempat
nawar bisa nggak dua tiket untuk tiga orang. Namun, pihak Jatra
mengatakan tidak bisa. Sehingga, satu orang atas nama Desri tidak jadi
berangkat,” jelas Kapolresta seraya mengatakan untuk mengelabui orang
tua mereka, lalu Desri merekayasa adanya penculikan.
Dari
hasil penyelidikan, pihak kepolisian memastikan bahwa penculikan yang
dilaporkan oleh Desri semuanya adalah rekayasa saja alias palsu.
“Faktanya, hampir seluruh bagian penculikan dimaksud diskenario sendiri
oleh mereka bertiga. Saya tegaskan, kasus penculikan ini hanya rekayasa
saja,” tegas Lubis.
Lalu,
apa yang melatarbelakangi ketiga gadis belia ini melakukan rekayasa
penculikan, sehingga sempat membuat geger warga Jambi dan menghebohkan
aparat kepolisian? “Karena takut tidak diizinin ke Bandung oleh orang
tua mereka. Hanya itu,” kata mantan Kabid Humas Polda Jambi itu.
Dia
menegaskan, ketiganya akan dijerat pasal 242 KUHPidana subs Pasal 266
KUHPidana, karena membuat laporan palsu dengan ancaman hukuman tujuh
tahun penjara. “Perbuatan yang mereka lakukan membuat resah semua pihak.
Karena masih tergolong anak di bawah umur dan masih sekolah, maka
mereka kami pulangkan ke orang tuanya masing-masing. Namun demikian,
tidak berarti kasus ini di-stop. Proses hukumnya tetap berlanjut,”
katanya.
Terpisah,
Kepala Sekolah SMP Purnama Junaidi Bachtiar, saat dikonfirmasi
menuturkan bahwa tiga siswinya itu tidak masuk sekolah sejak Senin
(18/10) lalu. Dia juga mengaku yakin ketiganya bukan diculik.
“Saya
ada menerima laporan dari salah seorang guru yang kala itu mendengar
mereka bertiga sedang membuat rencana hendak pergi,” jelasnya.(cr03)
Sumber : Jambi Independent Online
0 komentar:
Posting Komentar